Menu

Dark Mode
Wartawan atau Wartaklon? Berita Itu Buah Pikiran dan Investigasi, Bukan Editan Tulisan Orang Soala Gogo Rentenir Legal: Negara Diam, Rakyat Disandera di Tanah Pemerintah Bupati dan Wabup Sibuk Hadiri Acara, Sementara Proyek Beton Amburadul di Kabupaten Tangerang RUU KUHAP Disepakati Tambahkan Pasal Impunitas Advokat, DPR Tegaskan Lindungi Pembela Hukum Klontongan Hukum dan Buzzer Keadilan: Ketika Negara Dibisniskan Lewat Opini Palsu Petani di Pringsewu Dikeroyok di Jalan Umum, Kuasa Hukum Desak Polisi Tangkap Pelaku

Daerah

Wartawan atau Wartaklon? Berita Itu Buah Pikiran dan Investigasi, Bukan Editan Tulisan Orang

badge-check


					Gambar sebuah pesan untuk tidak copi paste atau menjiplak. (Foto: IST.  Mantv7.id) Perbesar

Gambar sebuah pesan untuk tidak copi paste atau menjiplak. (Foto: IST. Mantv7.id)

Mantv7.id | Tangerang – Ada yang terasa janggal namun tak asing di Kabupaten Tangerang: jumlah wartawan makin banyak, tapi berita eksklusif justru makin langka. Ironisnya, beberapa media lokal kerap menampilkan judul berbeda, namun isi beritanya… ya ampun, miripnya mengalahkan sinetron tentang anak kembar yang hilang 20 tahun lalu. Kabar yang beredar, ini bukan sekadar kebetulan. Tapi bagian dari ‘jurus kilat’ cari cuan: buka media sebelah, salin isi berita, ganti judul, tambahkan dua-tiga kalimat bijak, kirim ke redaktur, dan… jeng-jeng, masuklah transferan. Inilah yang belakangan disebut sebagai jurnalisme rasa mie instan cepat saji, tapi efek sampingnya bisa bikin sakit perut.

Padahal, jadi wartawan itu kerja lapangan, bukan kerja rebahan. Tapi beberapa oknum lebih suka jadi wartaklon: ngikutin berita orang, ngedit dikit, lalu merasa paling tahu. Parahnya, kalau ditegur, jawabannya standar: “Berita itu udah konsumsi publik, bebas dong.” Lah, konsumsi publik itu bukan berarti bebas dijual ulang kayak gorengan bekas semalem.

Foto Donny Putra T. S.H., selaku tim hukum YLPK PERARI DPD Banten. (Foto: Mantv7.id)

Donny Putra. T. S.H., Legal Hukum DPD YLPK PERARI Banten, nyentil keras, “Kalau wartawan kerjanya cuma copas, lebih baik pindah profesi jadi tukang ketik skripsi. Jurnalisme itu panggilan nurani, bukan kompetisi nyari klik dengan nyontek.”

Lebih lucu lagi, ada yang sok senior tapi gak pernah turun ke lapangan. Katanya ‘liputan eksklusif’, padahal cuma dari status medsos orang. Wartawan model begini cocoknya liputan dari rumah, sambil nyeruput kopi dan ngeluh sinyal lemot.

Foto Buyung, Aktivis Sosial Kabupaten Tangerang. (Foto: IST. Mantv7.id)

Buyung E., aktivis sosial yang sering ngomel tapi isinya nyambung, bilang, “Kalau media isinya copas semua, lama-lama masyarakat lebih percaya curhatan tukang sayur ketimbang berita. Setidaknya tukang sayur jujur, hari ini cabai naik, ya bilang naik!”

Aneh tapi nyata, kadang media yang doyan copas malah yang paling cerewet soal kode etik. Tapi giliran ditanya: “Ini berita siapa yang nulis?” langsung jawabnya ngambang, “Redaksi.” Padahal yang nulis ya orang lain karena jiplak, yang mikir juga orang lain.

Di balik layar, redaktur dan pemilik media juga punya andil. Kalau sistemnya asal naik berita biar dapet adsense, jangan heran kalau kualitasnya kalah sama konten YouTuber anak SD. Kita sedang bicara soal informasi publik, bukan lomba ketik cepat.

Dugaan pelanggaran ini bukan soal sepele. Ini soal martabat profesi. Karena ketika jurnalis tidak lagi menulis, tapi mencuri tulisan, maka kepercayaan publik pun ikut raib. Dan kalau sudah tidak dipercaya, mau nulis bener pun orang udah males baca.

Mantv7.id berharap jurnalis di Kabupaten Tangerang mulai mikirin isi otak, bukan cuma isi tas. Karena kalau wartawan sudah gak bisa dibedain sama tukang comot konten, ya mending kita percaya podcast bapak-bapak di warung kopi.

Logo YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri) Tidak akan ada perdamaian tanpa adanya keadilan. (Foto: Mantv7.id)

YLPK PERARI mengajak semua media, LSM, aktivis, ormas, dan warga waras lainnya untuk bijak dan tegas. Kalau ke depan masih ada yang kerjaannya nyontek berita, ayo kita viralkan. Biar mereka tahu, yang baca juga bukan bebek.

Ingat, jadi wartawan itu soal harga diri. Kalau semua tinggal salin dan tempel, ya jangan marah kalau profesi jurnalis disamain sama anak magang jurusan TIK. Karena keadilan dan kepercayaan tidak bisa dibangun di atas tulisan pinjaman.

(RED)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Bupati dan Wabup Sibuk Hadiri Acara, Sementara Proyek Beton Amburadul di Kabupaten Tangerang

19 June 2025 - 09:57 WIB

RUU KUHAP Disepakati Tambahkan Pasal Impunitas Advokat, DPR Tegaskan Lindungi Pembela Hukum

19 June 2025 - 08:33 WIB

Klontongan Hukum dan Buzzer Keadilan: Ketika Negara Dibisniskan Lewat Opini Palsu

19 June 2025 - 00:57 WIB

Petani di Pringsewu Dikeroyok di Jalan Umum, Kuasa Hukum Desak Polisi Tangkap Pelaku

19 June 2025 - 00:04 WIB

Sugani Ditangkap, Perjuangan 6 Bulan YLPK PERARI Berbuah Hasil: Terima Kasih Jajaran Polresta Kabupaten Tangerang

18 June 2025 - 15:08 WIB

Trending on Daerah