Mantv7.id | Nasional – Kutipan “Walid nak Dewi, boleh?” belakangan ini viral dan ramai dibahas netizen setelah muncul dalam serial drama Malaysia Bidaah yang tayang di platform Viu. Kalimat pendek ini bukan sekadar lelucon, melainkan simbol kritik terhadap pemimpin agama yang menyimpang menyisipkan syahwat dalam bungkus syariat. Tokoh Walid Muhammad dalam serial tersebut digambarkan sebagai pemuka agama yang memanfaatkan dalil untuk memanipulasi pengikut. Ia meminta “izin” untuk menikahi istri jamaahnya sendiri atas nama dakwah. Perilaku ini bukan hanya mencederai akidah, tapi juga menodai nurani umat beragama.
Tak sedikit pihak yang merasa serial ini menista ulama. Namun jika kita jujur, cerita ini menyentil realitas yang pernah terjadi: ajaran zikir menyimpang, pengkultusan guru, hingga praktik nikah spiritual yang menyalahi akal dan hukum agama. Ini bukan sekadar fiksi, tapi refleksi atas penyimpangan yang dibungkam selama ini.

Foto aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang asal Balaraja, Ustad Ahmad Rustam. (Foto: Mantv7.id)
Ustaz Ahmad Rustam, seorang aktivis kerohanian, menilai keras fenomena ini. “Jika simbol agama digunakan untuk melegalkan nafsu, maka itu bukan ajaran langit, tapi produk syahwat. Jangan tertipu oleh jubah, karena setan pun pernah berceramah dengan ayat,” tegasnya saat dimintai pendapat.

Potongan gambar Film ini juga menyingkap praktik mencium kaki dan meminum air bekas cucian kaki guru spiritual, yang masih terjadi di beberapa komunitas. (Foto: IST. Mantv7.id)
Film ini juga menyingkap praktik mencium kaki dan meminum air bekas cucian kaki guru spiritual, yang masih terjadi di beberapa komunitas. Dalam Islam, tindakan seperti itu tidak hanya tak ada dasarnya, tapi bisa menjurus pada syirik jika diyakini sebagai bentuk berkah.
Mulyana Al Ikhlasi, Humas YLPK PERARI DPD Banten, menyampaikan pesan penting. “Umat Islam harus kembali ke akidah yang lurus. Hormat kepada guru itu wajib, tapi jangan sampai menjadikan manusia sebagai objek pemujaan. Tauhid mengajarkan kesetiaan hanya pada Allah,” ujarnya.
Serial Bidaah memang punya kekurangan secara teknis, seperti kehadiran pemeran bukan mahram dalam satu adegan. Namun substansinya tetap kuat. Ia bukan menyerang agama, tapi justru mengajak kita waspada bahwa agama bisa dipelintir oleh orang yang ingin memuaskan ambisi pribadi.
Dalam kenyataan, banyak pemuka agama gadungan menjual “jalan surga” demi pengaruh dan harta. Mereka menjanjikan karomah, menawarkan keberkahan, dan membuat pengikut tak berani berpikir kritis. Agama akhirnya dijadikan alat untuk mengendalikan, bukan membebaskan.
Masyarakat perlu melek literasi keagamaan. Jangan mudah terpesona dengan tampilan luar seperti sorban, jubah, atau pidato lantang. Sebab kebenaran tak dilihat dari penampilan, tapi dari dalil, akhlak, dan keberpihakan pada kebenaran yang jujur dan rasional.
Pemimpin agama yang menyimpang harus dihentikan. Negara dan tokoh-tokoh Islam harus berani membersihkan barisan dari penyesat berkedok ulama. Tapi masyarakat juga wajib cerdas: menolak kultus, mencintai ilmu, dan menghidupkan daya pikir dalam beragama.
Jika tidak, akan semakin banyak “Walid” di dunia nyata yang berkeliaran tanpa kontrol. Mereka mungkin tidak mengucapkan “nak Dewi”, tapi tetap menipu umat dengan dalih yang lebih halus. Umat harus tangguh menghadapi itu dengan ilmu, iman, dan akal yang sehat.

Kolase foto logo YLPK-PERARI & MANtv7. (Foto: MANtv7.id)
Mantv7.id bersama Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri (YLPK PERARI) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membuka mata, membuka telinga, dan membuka hati. Mari menjaga diri, keluarga, dan umat dari penyimpangan agama yang dibungkus dengan kesalehan palsu.
Agama seharusnya menerangi jalan, bukan membutakan hati. Jangan biarkan simbol mengalahkan substansi. Jadilah umat yang beriman dengan sadar, bukan pengikut yang dibutakan. Karena agama yang lurus tidak pernah menindas nalar justru menghidupkan jiwa.
Tulisan ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan spiritual. Semoga jadi pengingat di tengah derasnya simbol, agar kita tetap berpijak pada esensi yang suci.
Redaksi | Mantv7.id