Menu

Dark Mode
Ketika Ulama Diam, Dana Sedekah Pun Jadi Santapan: Amanah Hilang, Nurani Mati DPRD KOMISI 2 KABUPATEN TANGERANG TINDAK LANJUTI, DUGAAN SEKOLAH SMPN 2 CISOKA JUAL BAJU SERAGAM,DINAS PENDIDIKAN SEGERA BERTINDAK OTTO FINANCE DIDUGA MAIN KOTOR: RAMPAS KENDARAAN, BAYAR RECEHAN, LANGGAR HUKUM DALIH BERITA ACARA EKSEKUSI JAMINAN Malam Bersejarah Kerajaan Sekala Brak dan Prosesi Adat “Angkon Muakhi” Sambut Hangat di Bekasi Mahasiswa KKM Universitas Bina Bangsa Bersama Pemda Pandeglang Dorong Ketahanan Pangan Lewat Penanaman Bibit Durian di Desa Tegalpapak Karnaval Kecamatan Jayanti: Diet Paksa Anak-Anak dan Panggung Dangdut ‘Ramah Anak’ Versi Goyang Heboh

Ekonomi

Utang Meledak, Dana Ngendon, Dan Korupsi Sistematik: Kapan Para Penyalahguna Dan Pembiarannya Di Tangkap?

badge-check


					Ilustrasi gambar rekening tabungan. (IST. Mantv7.id) Perbesar

Ilustrasi gambar rekening tabungan. (IST. Mantv7.id)

Mantv7.id | Jakarta – Utang negara kini sudah menembus angka mengerikan, Rp8.900 triliun. Tahun ini, pemerintah harus membayar Rp800 triliun utang jatuh tempo. Beban sebesar itu seharusnya membuat pengelolaan keuangan negara jadi perhatian utama, bukan malah jadi ladang kebocoran dan pembiaran. Mirisnya, uang rakyat yang seharusnya dipakai untuk pembangunan dan kesejahteraan malah mengendap di rekening mati. PPATK mengungkap lebih dari 2.000 rekening pemerintah dan bendahara negara yang tidak aktif, dengan saldo Rp500 miliar. Dana bansos sebesar Rp2,1 triliun juga terkubur di jutaan rekening penerima yang sudah bertahun-tahun tidak aktif.

Logo PPATK. (IST. Mantv7.id)

Ini bukan kesalahan administratif biasa. Ini adalah pengkhianatan serius terhadap kepercayaan dan hak rakyat. Mental birokrat yang malas dan budaya tutup mata sudah menjadi kanker yang menggerogoti birokrasi dari pusat hingga desa.

Para pejabat di Dirjen Perbendaharaan, Dirjen Anggaran, Dirjen Pajak, dan Dirjen Bea Cukai seolah-olah pura-pura tidak tahu kondisi ini. Inspektorat Jenderal dan wilayah hanya sibuk buat laporan formalitas tanpa adanya tindakan nyata. Mereka gagal menjalankan fungsi pengawasan yang sebenarnya.

Di tingkat daerah, Dinas Keuangan di provinsi dan kabupaten justru sibuk memperindah data dan laporan, tanpa mengawal realisasi anggaran dengan jujur. Kepala desa, sekretaris desa, dan aparat kecamatan yang punya wilayah pengawasan sosial justru jadi penonton bisu atas pembiaran dana bansos mengendap.

Sistem IT dan pengelolaan data keuangan digital juga amburadul. Data penerima bansos yang mati suri dan rekening dormant menjadi bukti buruknya manajemen data. Seksi IT, bidang data, dan satgas digital di kecamatan dan desa wajib bertanggung jawab atas kekacauan ini.

Pengawas eksternal seperti BPK, KPK, dan Ombudsman juga harusnya jadi benteng terakhir pengawasan. Tapi kenyataannya mereka lamban bertindak, bahkan terkesan jadi pelindung para koruptor dan pembiaranya.

Logo Hefi Sanjaya & Partners. (Foto:Mantv7.id)

Donny Putra T, S.H., pengamat hukum dan pengurus Law Firm Hefi Sanjaya & Partners, mengingatkan bahwa ASN harus bertanggung jawab secara hukum dan moral atas pengelolaan anggaran. “Setiap kelalaian yang merugikan negara wajib diberi sanksi tegas. Tidak boleh ada toleransi. Jika pengawasan internal dan eksternal gagal, maka sistem harus dibongkar dan direformasi,” tegasnya.

Foto aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang asal Balaraja, Ustad Ahmad Rustam. (Foto: Mantv7.id)

Dari sudut pandang sosial dan etika pemerintahan dalam hukum Islam, Ustad Ahmad Rustam menyatakan bahwa membiarkan dana rakyat bocor dan tidak tepat sasaran adalah dosa besar. “Pemerintah harus menjalankan amanah dengan jujur dan adil. Mereka yang lalai akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia dan akhirat,” ujarnya tegas.

Logo YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri) Tidak akan ada perdamaian tanpa adanya keadilan. (Foto: Mantv7.id)

Buyung E, aktivis sosial dan Humas DPD YLPK Perari Banten, menegaskan bahwa pembiaran dana bansos adalah pengkhianatan sosial terhadap rakyat kecil. “Dana rakyat harus digunakan untuk kesejahteraan, bukan memperkaya segelintir oknum. Kami akan kawal kasus ini sampai ada tindakan nyata,” katanya penuh semangat.

Semua lini, mulai dari Dirjen Kemenkeu sampai kepala desa, dari inspektorat sampai penegak hukum, wajib bertindak cepat dan bertanggung jawab. Jika tidak, mereka bukan hanya pengkhianat uang rakyat tapi juga pengkhianat masa depan bangsa.

Indonesia tak bisa terus berlayar dengan kapal bocor yang ditambal seadanya. Sudah saatnya ganti pejabat yang lalai dan korup dengan pemimpin yang punya integritas dan keberanian. Rakyat sudah terlalu lama jadi korban janji kosong dan kegagalan sistem.

Kalau penguasa masih santai dan pembiaran terus terjadi, rakyat akan terus menderita. Ini bukan soal politik, ini soal hidup mati bangsa.

Saatnya bertindak, bukan berdiam diri!

REDAKSI | Mantv7.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Ketika Ulama Diam, Dana Sedekah Pun Jadi Santapan: Amanah Hilang, Nurani Mati

11 August 2025 - 12:16 WIB

OTTO FINANCE DIDUGA MAIN KOTOR: RAMPAS KENDARAAN, BAYAR RECEHAN, LANGGAR HUKUM DALIH BERITA ACARA EKSEKUSI JAMINAN

11 August 2025 - 10:16 WIB

Proyek GSG Cisoka: Rp 3,9 Miliar untuk Cara Kerja Murahan, Siapa yang Berani Bertanggung Jawab?

10 August 2025 - 06:37 WIB

Ini Soal Iman, Nurani, dan Hati: Sedekah Atas Nama Dana CSR Untuk Masyarakat Kok Malah Dimakan Nafsu Serakah?

9 August 2025 - 11:05 WIB

Kritik Pemilihan Hiburan Karnaval Kecamatan Jayanti: Ketidaksiapan dan Pengabaian Perlindungan Anak

9 August 2025 - 10:09 WIB

Trending on Daerah