Menu

Dark Mode
Teror Premanisme Guncang Desa Paya Sinar Jaya, Pesawaran: Keluarga Saniti Jadi Korban, Kasus Dilaporkan ke Polisi Tergugat Mangkir, Sidang Praperadilan Nenek Pemilik Tanah 3,2 Hektare di Teluknaga Ditunda Anak Pemilik Kampus Memperkosa, Bayi Lahir, Media Lokal Tak Berkarya Menggiring Opini, Presma Ikut Bernyanyi: Selamat Datang di Neraka Akademik Parah…! Proyek Pemagaran TPU Kampung Renged Disorot LSM dan Warga Ketika Penegak Hukum Diam, Hefi Sanjaya & Partners Bicara di Meja Praperadilan, YLPK PERARI: Ini Bukan Sekadar Gugatan Tanya Kami, Jawab Diri Kalian: Untuk Redaksi24.co.id dan Presma STIE PPI, Ada Apa Sebenarnya?

Daerah

Teror Premanisme Guncang Desa Paya Sinar Jaya, Pesawaran: Keluarga Saniti Jadi Korban, Kasus Dilaporkan ke Polisi

badge-check


					Padang Cermin, Pesawaran – Suasana mencekam menyelimuti Dusun Damar Perli, Desa Paya Sinar Jaya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. (Foto: IST. Mantv7.id) Perbesar

Padang Cermin, Pesawaran – Suasana mencekam menyelimuti Dusun Damar Perli, Desa Paya Sinar Jaya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. (Foto: IST. Mantv7.id)

Mantv7.id | Padang Cermin, Pesawaran – Suasana mencekam menyelimuti Dusun Damar Perli, Desa Paya Sinar Jaya, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Dugaan teror premanisme menghantui kehidupan sehari-hari keluarga Saniti, seorang warga yang kini hidup dalam ketakutan setelah mendapat ancaman terus-menerus dari seorang pria bernama Rusli. Menurut keterangan yang dihimpun, Rusli diduga telah berulang kali mengintimidasi, mengancam, bahkan berupaya mengusir Saniti dan keluarganya dari rumah dan tanah milik mereka sendiri. Motifnya diduga kuat berkaitan dengan penguasaan lahan secara paksa tanpa dasar hukum yang sah.

Istri Saniti disebut mengalami tekanan mental berat akibat rentetan ancaman dan perlakuan kasar yang berlangsung dalam jangka waktu cukup lama. Bahkan, kehidupan keluarga ini nyaris lumpuh secara psikologis. “Ibu saya trauma berat. Kami tidak bisa hidup tenang,” ujar Joni Rizaki, anak Saniti.

Upaya mediasi sempat dilakukan di tingkat pekon, namun tidak membuahkan hasil. Dalam proses tersebut, Rusli gagal membuktikan legalitas klaimnya atas tanah yang disengketakan. Sebaliknya, pihak keluarga Saniti telah menunjukkan dokumen kepemilikan resmi seperti sertifikat dan bukti pembayaran pajak.

“Kami sudah bawa semua dokumen. Kalau memang dia punya hak, tunjukkan. Tapi dia malah marah dan makin agresif,” tambah Joni. Ia menilai tindakan Rusli sudah melewati batas dan tak bisa lagi ditoleransi.

Merasa keselamatan keluarga terancam dan jalur damai tidak membuahkan hasil, Joni akhirnya melaporkan peristiwa ini ke Polres Pesawaran. Laporan tersebut telah diterima pihak kepolisian dan saat ini dalam proses penyelidikan lebih lanjut.

Pihak keluarga berharap agar penegakan hukum tidak pandang bulu dan dapat memberi rasa aman. “Kami tidak cari ribut. Tapi kalau terus-terusan diteror, kami harus melawan lewat jalur hukum,” kata Joni dengan tegas.

Kasus ini memantik reaksi dari berbagai pihak, termasuk lembaga advokasi masyarakat. YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen dan Pemerhati Rakyat Indonesia) menyatakan keprihatinan mendalam dan mendesak aparat bertindak cepat dan adil.

Logo YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri) Tidak akan ada perdamaian tanpa adanya keadilan. (Foto: Mantv7.id)

Siarruddin, Kabid Humas YLPK PERARI, mengecam keras praktik premanisme yang diduga dilakukan Rusli. “Ini bukan hanya masalah kepemilikan tanah, tapi sudah masuk ke ranah pelanggaran hak asasi manusia. Negara tidak boleh kalah oleh premanisme,” tegasnya.

Menurutnya, tindakan intimidatif seperti ini jika dibiarkan akan menjadi preseden buruk dan mengancam ketertiban sosial. Ia meminta Polres Pesawaran bekerja secara profesional dan memastikan perlindungan terhadap keluarga korban.

“Kami siap memberikan bantuan hukum jika dibutuhkan. Hukum tidak boleh tumpul ke atas, tajam ke bawah. Warga kecil berhak hidup aman dan bermartabat,” lanjut Siarruddin.

Foto Kabid Humas DPP YLPK PERARI, Siarruddin. (Foto: Mantv.id)

Ia juga mengingatkan pemerintah daerah agar tidak abai terhadap konflik agraria yang seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan penguasaan secara paksa. Pemerintah harus proaktif memastikan keadilan sosial bagi seluruh warganya.

Kasus yang menimpa keluarga Saniti menjadi refleksi bahwa masih ada ruang-ruang kekerasan dan penindasan di desa yang luput dari perhatian. Diharapkan, kasus ini bisa menjadi momentum untuk membasmi praktik-praktik intimidatif yang mencederai keadilan.

(RED)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Tergugat Mangkir, Sidang Praperadilan Nenek Pemilik Tanah 3,2 Hektare di Teluknaga Ditunda

26 June 2025 - 04:56 WIB

Anak Pemilik Kampus Memperkosa, Bayi Lahir, Media Lokal Tak Berkarya Menggiring Opini, Presma Ikut Bernyanyi: Selamat Datang di Neraka Akademik

26 June 2025 - 04:39 WIB

Parah…! Proyek Pemagaran TPU Kampung Renged Disorot LSM dan Warga

25 June 2025 - 09:41 WIB

Ketika Penegak Hukum Diam, Hefi Sanjaya & Partners Bicara di Meja Praperadilan, YLPK PERARI: Ini Bukan Sekadar Gugatan

25 June 2025 - 09:31 WIB

Tanya Kami, Jawab Diri Kalian: Untuk Redaksi24.co.id dan Presma STIE PPI, Ada Apa Sebenarnya?

25 June 2025 - 02:02 WIB

Trending on Daerah