Mantv7.id | Kabupaten Tangerang — Sampah tak bisa disulap bersih lewat kamera. Di berbagai sudut Kecamatan Balaraja dan Jayanti, kenyataan bicara lantang: fly over berubah jadi TPS, bahu jalan jadi tempat buang sampah, dan pemandangan kumuh makin akrab di depan mata. Masyarakat bertanya, sudah berapa lama ini dibiarkan? Hari ini, 6 Juli 2025, tujuh armada dan satu alat berat dikerahkan untuk membersihkan kawasan Pasar Sentiong yang sejatinya sudah dibongkar sejak 4 Juni lalu. Langkah ini memang layak diapresiasi, tapi publik tetap mencatat: ini bukan kali pertama UPTD “tancap gas” setelah viral. Bukan soal banyaknya armada, tapi soal absennya sistem yang konsisten dan proaktif.
“Sudah berapa kali surat edaran diteken? Berapa SK pengawas dikeluarkan? Tapi TPS liar masih tetap tumbuh. Ini bukan hanya soal masyarakat, tapi juga lemahnya sistem pengawasan,” tegas Buyung E., Humas YLPK PERARI DPD Banten.

Foto Buyung, Humas DPD YLPK PERARI Banten. (Foto: IST. Mantv7.id)
Menurutnya, keberadaan UPTD 2 DLHK Balaraja bukan untuk tampil saat kamera menyorot, melainkan hadir sebelum masalah membusuk. “Kalau baru bergerak setelah viral, itu bukan pelayanan publik, tapi panggung pencitraan. Pemerintah harus bekerja karena tanggung jawab, bukan karena sorotan,” ujarnya.
Sorotan senada datang dari Ustad Ahmad Rustam, aktivis Kerohanian dan sosial. Ia menyayangkan lemahnya sistem kebersihan di wilayah yang mayoritas warganya muslim. “Kebersihan itu bagian dari iman. Jika pemerintah membiarkan tumpukan sampah begitu saja, itu sama saja dengan menyingkirkan nilai iman dari ruang publik,” katanya tegas.

Foto aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang asal Balaraja, Ustad Ahmad Rustam. (Foto: Mantv7.id)
Ia menambahkan, tanggung jawab lingkungan bukan sekadar formalitas jabatan, tapi cermin akhlak. “Jangan jadikan jabatan sebagai alasan untuk diam. Mereka digaji oleh rakyat, maka wajib turun tangan sebelum rakyat jengah dan bertindak sendiri,” ujarnya.
Warga pun mulai angkat suara. JN, karyawan pabrik sepatu di kawasan Adis Balaraja, menyebut bahwa sampah di pinggir jalan arah Cangkudu menimbulkan bau menyengat tiap pagi. “Kalau jalan kaki ke halte, harus tutup hidung. Sudah bertahun-tahun begitu,” ucapnya.

Kolase foto titik sampah di Fly Over Balaraja. (Foto: Mantv7.id)
NR, karyawan toko di bawah Fly Over Balaraja, mengaku sudah biasa melihat truk parkir dan warga membuang sampah sembarangan. “Kadang buangnya malam-malam, jadi numpuk. Kalau nggak viral, ya nggak ada yang bersihin,” katanya.
Masyarakat mulai jenuh dengan pola kerja yang berulang: surat diteken, SK keluar, lalu hilang tanpa tindak lanjut. Pertanyaannya: di mana para pengawas itu sekarang? Fly Over Balaraja, Jalan Raya Serang hingga Gembong penuh titik TPS liar. Jalan Baru Sentiong pun tak kalah semrawut. Sayangnya, seolah tak ada yang merasa perlu hadir secara nyata.
Jika UPTD 2 DLHK Balaraja serius ingin memperbaiki, maka perbaikannya harus dimulai dari dasar: pemetaan titik rawan, rotasi armada yang rutin, patroli terjadwal, dan penindakan tegas bagi pelanggar. Semua itu bisa dilakukan, jika ada niat dan keberanian birokrasi.

Kolase foto logo YLPK-PERARI & MANtv7. (Foto: MANtv7.id)
Mantv7.id dan YLPK PERARI mengingatkan: tanggung jawab publik bukan sekadar ada di spanduk dan baliho, tapi hadir dalam kerja nyata yang dirasakan masyarakat. Jika terlalu sibuk menjaga citra, maka rakyat akan terus hidup dalam realita yang kotor baik secara harfiah maupun birokratis.
REDAKSI | OIM