Uang Rakyat Dibakar, Mutu Proyek Dikubur Dalam-Dalam
Mantv7.id | Tangerang – Pembangunan Gedung Serbaguna (GSG) Kecamatan Cisoka dengan anggaran Rp 3,9 miliar dari APBD adalah bukti sahih bahwa mahalnya harga kontrak tidak menjamin profesionalisme kerja. Di lapangan, kontraktor malah menjalankan proyek ini layaknya kerja bakti ala kampung yang asal jadi dan asal jalan. Kalau memang tidak mampu mengelola proyek sebesar ini dengan standar minimal, jangan pura-pura profesional. Serahkan saja pada warga untuk kerja bakti, hasilnya mungkin lebih bermutu dan tidak berisiko nyawa. Karena yang sebenarnya dibangun bukan gedung serbaguna, tapi reputasi buruk para pengelola yang mengabaikan uang rakyat dan keselamatan manusia demi keuntungan sesaat
Fakta-Fakta Memalukan:
1. Tanpa perlengkapan K3, keselamatan pekerja dilupakan seolah nyawa cuma barang bekas.
2. Kerja di ketinggian tanpa safety harness? Kontraktor kayaknya yakin kalau jatuh langsung naik kelas ke surga.
3. Tidak ada pembatas area kerja, debu dan puing matrial pekerjaan bebas terbang dan berserakan seperti pasar malam, membahayakan warga sekitar.
4. Item pelanggaran tercantum di anggaran, tapi fisiknya hilang entah kemana, mungkin nyangkut di kantong orang-orang tertentu.
5. Puluhan kali diberitakan media, tapi hasilnya tetap saja sama: alasan berlimpah, pekerjaan minim.

Logo Hefi Sanjaya & Partners. (Foto:Mantv7.id)
Aktivis hukum dan sosial Donny Putra T., S.H., pengurus Law Firm Hefi Sanjaya & Partners, menyindir tajam: “Kalau proyek ini sebuah pertunjukan seni, maka kita semua jadi penonton yang dipermainkan. Uang miliaran dipakai buat kerja ala kadarnya, tanpa K3, tanpa standar, tapi alasan dibuat setebal laporan keuangan korporasi besar. Ini bukan proyek, ini ajang tes kesabaran rakyat.”

Logo YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri) Tidak akan ada perdamaian tanpa adanya keadilan. (Foto: Mantv7.id)
Sementara itu, Humas YLPK Perari DPD Banten, Buyung E., S.H., menambahkan dengan sindiran pedas: “Mereka bilang proyek ini inovasi. Inovasi apa coba? Inovasi mengubah miliaran uang rakyat menjadi bangunan setengah jadi yang lebih cocok disebut panggung drama operet. Kalau begini model inovasinya, kita butuh gelar sarjana sabar dulu sebelum bisa terima kenyataan.”

Foto aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang asal Balaraja, Ustad Ahmad Rustam. (Foto: Mantv7.id)
Dari sisi kerohanian dan sosial, Ustad Ahmad Rustam mengingatkan dengan nada serius tapi menyentil: “Dalam agama, menjaga amanah adalah kewajiban. Tapi lihatlah, uang rakyat yang diamanahkan untuk pembangunan malah dijadikan ladang ambil untung. Ini bukan sekadar dosa administrasi, tapi dosa moral yang mencederai kepercayaan masyarakat. Proyek yang dikerjakan asal-asalan, sama seperti doa yang tak diiringi amal.”
DTRB Kabupaten Tangerang: Sibuk teriak soal tata ruang berkelanjutan, tapi lapangan malah berantakan dan amburadul. Kalau mereka bosnya “tata ruang” tapi gagal menata proyek, artinya mereka bosnya gagal total. Jangan cuma pintar ngomong di rapat, tapi bungkam saat proyek hancur.
Inspektorat: Tempatnya “inspeksi”, tapi kerja mereka seperti kamera CCTV yang mati total ada di nama tapi tak berfungsi. Mungkin lebih sibuk urus birokrasi daripada menengok proyek yang bobrok. Kalau ini pengawasannya, jangan heran proyek dibiarkan berantakan.
Bagian ULP & PPK: Ahli jagoan lelang, tapi setelah kontraktor menang, hilang tanpa jejak. Tak ada kontrol kualitas, tak ada teguran atas pelanggaran K3, hanya diam seribu bahasa. Kalau tugasnya cuma cari pemenang, mending kerja jadi juri kontes kecantikan.
Kecamatan Cisoka: Tugasnya mengawasi, tapi kelakuannya kayak penonton konser duduk santai, jari pegang HP, main scroll Instagram. Mata dan telinga seakan tertutup rapat, hingga proyek amburadul tetap jalan tanpa teguran. Kalau begini caranya, lebih baik kecamatan jadi pengelola acara musik saja.
Warga sudah jengah dan paham: “Bayaran Miliaran, Kerja Murahan.”
Ini bukan pembangunan, ini pertunjukan sulap uang rakyat masuk, tapi hasilnya hilang entah kemana. Alasan bertumpuk dibangun rapi, tapi bangunan? Setengah jadi dan penuh risiko.
Sudah puluhan kali sorotan media menyorot, tapi pejabat seperti tenggelam dalam kesunyian. Bukannya memperbaiki, malah menganggap kritik sebagai angin lalu.
Kalau begini mental dan cara kerja pejabat serta kontraktor, bukan cuma gedung yang rusak, tapi juga kepercayaan publik yang terkubur dalam-dalam.
REDAKSI | Mantv7.id