Menu

Dark Mode
Klontongan Hukum dan Buzzer Keadilan: Ketika Negara Dibisniskan Lewat Opini Palsu Petani di Pringsewu Dikeroyok di Jalan Umum, Kuasa Hukum Desak Polisi Tangkap Pelaku Sugani Ditangkap, Perjuangan 6 Bulan YLPK PERARI Berbuah Hasil: Terima Kasih Jajaran Polresta Kabupaten Tangerang Betonisasi Busuk di Kabupaten Tangerang: Dari Bukit Gading ke Vila Balaraja, Proyek Siluman Menari di Atas Pajak Rakyat Silaturahmi Strategis YLPK PERARI dan Dishub Tangkab: Membangun Sinergi demi Kepentingan Masyarakat Rentenir Berkedok Koperasi, Bunga Over Tinggi, Dokumen Pribadi Disandera: Soala Gogo Jadi Teror Baru Warga

News

Pelajaran Kemanusiaan  Dari  Sebuah Tragedi 

badge-check


					Gambar bait lagu mempertanyakan, “Mengapa harus tunggu bencana kita rel sisihkan harta untuk sesama?” Kalimat ini menjadi sindiran tajam bahwa kesadaran spiritual dan religius sering kali hadir saat musibah menghantam, bukan dalam keseharian yang damai. (Foto: IST. Mantv7.id) Perbesar

Gambar bait lagu mempertanyakan, “Mengapa harus tunggu bencana kita rel sisihkan harta untuk sesama?” Kalimat ini menjadi sindiran tajam bahwa kesadaran spiritual dan religius sering kali hadir saat musibah menghantam, bukan dalam keseharian yang damai. (Foto: IST. Mantv7.id)

Mantv7.id – Tangerang | Lagu “Solidaritas” dari grup musik legendaris Slank bukan sekadar karya seni, melainkan sebuah pesan moral yang kuat tentang kemanusiaan, empati, dan kesadaran sosial. Lirik-liriknya menyentuh, lugas, dan membongkar realitas bahwa sering kali manusia baru tergugah saat bencana menimpa.

Bait pembuka lagu mempertanyakan, “Mengapa harus tunggu bencana baru kita percaya kebesaran Tuhan?” Kalimat ini menjadi sindiran tajam bahwa kesadaran spiritual dan religius sering kali hadir saat musibah menghantam, bukan dalam keseharian yang damai.

Aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang, Ustad Ahmad Rustam, menyampaikan bahwa lagu “Solidaritas” merupakan bentuk dakwah kultural yang menyentuh relung hati umat. “Ini bukan sekadar lagu, tapi pengingat ruhani bagi kita semua. Islam pun mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.

Jangan tunggu musibah baru tergerak. Bangunlah jiwa sosial setiap hari sebagai bentuk syukur kepada Tuhan,” ujarnya. Ustad Rustam juga mengajak masyarakat untuk menjadikan lirik lagu ini sebagai bahan muhasabah, agar kebaikan tak lagi bersyarat oleh tragedi.

Lagu ini juga mengangkat ironi bahwa masyarakat baru bersedia menyisihkan harta untuk sesama ketika terjadi tragedi. Padahal, kemiskinan dan penderitaan ada setiap hari, meski tak selalu tampil di layar kaca.

Pertanyaan, “Mengapa nggak setiap hari berbuat seperti ini?” diulang untuk menekankan bahwa kebaikan seharusnya tak menunggu momentum bencana. Slank mengajak pendengar untuk menjadikan empati sebagai budaya, bukan respons temporer.

Hubungan manusia dengan alam juga disorot tajam. Kita baru bersahabat dengan lingkungan setelah melihat dampak buruk bencana alam. Padahal, kerusakan ekologis merupakan akumulasi dari kelalaian manusia yang berlangsung lama.

Lagu ini bukan sekadar ratapan, tapi refleksi kolektif. Kalimat “Aku menangis lihat hari ini, tapi tersenyum tatap masa depan” menunjukkan bahwa meski realitas saat ini penuh luka, harapan akan perubahan tetap ada.

Melalui musik, Slank menyuarakan kritik sosial dengan cara yang membumi dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Lagu ini bisa menjadi bahan renungan dalam pendidikan karakter, sosial, bahkan lingkungan.

Lagu “Solidaritas” juga mengajarkan bahwa persatuan seharusnya bukan hasil dari kesedihan kolektif, tapi semangat kolektif yang dibangun setiap hari. Mengapa dunia harus tunggu bencana dulu baru bisa bersatu?

Dalam konteks pendidikan, lagu ini bisa menjadi media pembelajaran yang efektif. Guru dapat mengajak siswa mendiskusikan nilai-nilai sosial, pentingnya gotong royong, dan peran individu dalam membangun masyarakat yang lebih peduli.

Selain itu, lagu ini juga relevan untuk memperkuat kampanye lingkungan hidup, mendorong gaya hidup berkelanjutan, serta membangun kesadaran akan pentingnya saling membantu tanpa harus menunggu krisis.

Slank, lewat lagu ini, mengingatkan kita bahwa solidaritas bukanlah kewajiban saat krisis saja, tapi panggilan hati setiap insan. Tindakan kecil sehari-hari, jika dilakukan bersama-sama, bisa menjadi kekuatan besar untuk perubahan sosial.

Akhirnya, “Solidaritas” bukan hanya lagu, tapi cermin. Cermin yang memaksa kita bertanya: apakah kita hanya manusia saat terjadi bencana, atau bisa menjadi manusia setiap hari dengan hati, empati, dan aksi nyata?

(OIM)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Klontongan Hukum dan Buzzer Keadilan: Ketika Negara Dibisniskan Lewat Opini Palsu

19 June 2025 - 00:57 WIB

Silaturahmi Strategis YLPK PERARI dan Dishub Tangkab: Membangun Sinergi demi Kepentingan Masyarakat

18 June 2025 - 09:40 WIB

ANAK PEMILIK KAMPUS TERKENAL JADI PREDATOR: Remaja 15 Tahun Diperkosa Berulang Hingga Hamil, Lalu Bungkam Dengan Uang Melalui Orang Suruhan

16 June 2025 - 14:37 WIB

PEMPROV BANTEN DAN DPRD PROVINSI BANTEN DIMINTA BANGUN 1 SMA NEGERI DI WILAYAH SOLEAR

15 June 2025 - 14:52 WIB

Pinjol Legal Harus Dibayar, Pinjol Ilegal Jangan: YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri) Siapkan Hotline Pengaduan

15 June 2025 - 08:49 WIB

Trending on Nasional