Mantv7.id – Tangerang | Lagu “Solidaritas” dari grup musik legendaris Slank bukan sekadar karya seni, melainkan sebuah pesan moral yang kuat tentang kemanusiaan, empati, dan kesadaran sosial. Lirik-liriknya menyentuh, lugas, dan membongkar realitas bahwa sering kali manusia baru tergugah saat bencana menimpa.
Bait pembuka lagu mempertanyakan, “Mengapa harus tunggu bencana baru kita percaya kebesaran Tuhan?” Kalimat ini menjadi sindiran tajam bahwa kesadaran spiritual dan religius sering kali hadir saat musibah menghantam, bukan dalam keseharian yang damai.
Aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang, Ustad Ahmad Rustam, menyampaikan bahwa lagu “Solidaritas” merupakan bentuk dakwah kultural yang menyentuh relung hati umat. “Ini bukan sekadar lagu, tapi pengingat ruhani bagi kita semua. Islam pun mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.
Jangan tunggu musibah baru tergerak. Bangunlah jiwa sosial setiap hari sebagai bentuk syukur kepada Tuhan,” ujarnya. Ustad Rustam juga mengajak masyarakat untuk menjadikan lirik lagu ini sebagai bahan muhasabah, agar kebaikan tak lagi bersyarat oleh tragedi.
Lagu ini juga mengangkat ironi bahwa masyarakat baru bersedia menyisihkan harta untuk sesama ketika terjadi tragedi. Padahal, kemiskinan dan penderitaan ada setiap hari, meski tak selalu tampil di layar kaca.
Pertanyaan, “Mengapa nggak setiap hari berbuat seperti ini?” diulang untuk menekankan bahwa kebaikan seharusnya tak menunggu momentum bencana. Slank mengajak pendengar untuk menjadikan empati sebagai budaya, bukan respons temporer.
Hubungan manusia dengan alam juga disorot tajam. Kita baru bersahabat dengan lingkungan setelah melihat dampak buruk bencana alam. Padahal, kerusakan ekologis merupakan akumulasi dari kelalaian manusia yang berlangsung lama.
Lagu ini bukan sekadar ratapan, tapi refleksi kolektif. Kalimat “Aku menangis lihat hari ini, tapi tersenyum tatap masa depan” menunjukkan bahwa meski realitas saat ini penuh luka, harapan akan perubahan tetap ada.
Melalui musik, Slank menyuarakan kritik sosial dengan cara yang membumi dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Lagu ini bisa menjadi bahan renungan dalam pendidikan karakter, sosial, bahkan lingkungan.
Lagu “Solidaritas” juga mengajarkan bahwa persatuan seharusnya bukan hasil dari kesedihan kolektif, tapi semangat kolektif yang dibangun setiap hari. Mengapa dunia harus tunggu bencana dulu baru bisa bersatu?
Dalam konteks pendidikan, lagu ini bisa menjadi media pembelajaran yang efektif. Guru dapat mengajak siswa mendiskusikan nilai-nilai sosial, pentingnya gotong royong, dan peran individu dalam membangun masyarakat yang lebih peduli.
Selain itu, lagu ini juga relevan untuk memperkuat kampanye lingkungan hidup, mendorong gaya hidup berkelanjutan, serta membangun kesadaran akan pentingnya saling membantu tanpa harus menunggu krisis.
Slank, lewat lagu ini, mengingatkan kita bahwa solidaritas bukanlah kewajiban saat krisis saja, tapi panggilan hati setiap insan. Tindakan kecil sehari-hari, jika dilakukan bersama-sama, bisa menjadi kekuatan besar untuk perubahan sosial.
Akhirnya, “Solidaritas” bukan hanya lagu, tapi cermin. Cermin yang memaksa kita bertanya: apakah kita hanya manusia saat terjadi bencana, atau bisa menjadi manusia setiap hari dengan hati, empati, dan aksi nyata?
(OIM)