Mantv7.id – Di tengah kemajuan zaman yang semakin pesat, kehidupan manusia tak lepas dari kompleksitas hubungan antarindividu. Lagu berjudul “Mangu” lagu Charita Utamy dan Fourtwnty mengangkat tema yang sangat relevan dengan realitas tersebut, yakni kisah cinta yang melintasi perbedaan keyakinan.
Lirik lagu ini membuka dengan bait “Jangan salahkan faham ku kini tertuju oh, siapa yang tau, siapa yang mau” yang menggambarkan kebingungan dan ketidakpastian dalam memahami jalan cinta yang tidak biasa. Di era modern ini, perbedaan bukan lagi halangan yang mutlak, namun tetap menuntut pemahaman mendalam.
Selanjutnya, bait “Kau di sana, aku di seberangmu” memberi gambaran jarak dan perbedaan yang memisahkan, baik secara fisik maupun spiritual. Hal ini bisa kita ibaratkan dengan tantangan komunikasi dan pengertian dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks.
Kalimat “Cerita kita sulit dicerna, tak lagi sama cara berdoa” menyiratkan bahwa cara dan metode beribadah yang berbeda membuat hubungan terasa pelik. Perbedaan ini bukan hanya soal ritual, tetapi juga kepercayaan dan nilai yang dianut masing-masing individu.
Di bagian ini, kita diingatkan bahwa dalam masyarakat yang majemuk, menghargai perbedaan adalah kunci utama agar kehidupan bersama tetap harmonis. Kemajuan teknologi memudahkan komunikasi, namun tidak otomatis menyelesaikan konflik nilai dan keyakinan.

Foto aktivis kerohanian asal Balaraja, yang juga sebagai Ketua Divisi Keagamaan YLPK-PERARI DPD Banten. (Foto: Mantv7.id)
Ustad Ahmad Rustam, Ketua Kerohanian YLPK PERARI DPD Banten, menyampaikan bahwa perbedaan bukan untuk dipertentangkan, melainkan menjadi ladang untuk belajar dan memperkaya iman. “Dalam Islam, kita diajarkan untuk menghormati dan mencintai sesama manusia tanpa memandang perbedaan, karena hakikat cinta adalah rahmat dan kasih sayang,” ujarnya.
Lebih jauh, Ustad Ahmad Rustam menegaskan bahwa perbedaan arah kiblat atau cara berdoa tidak boleh menjadi alasan untuk saling menjauh. “Arah kiblat adalah simbol, bukan penghalang untuk saling mendukung dalam kebaikan dan kebenaran,” tambahnya.
Lagu ini menjadi cermin kehidupan nyata yang mengajarkan kita bahwa cinta dan keyakinan tidak harus selalu sejalan, tetapi harus saling menghargai dan menjaga tali persaudaraan. Perbedaan tidak mesti berakhir dengan konflik, melainkan bisa menjadi jalan menuju pemahaman yang lebih baik.
Hikmah yang dapat diambil adalah pentingnya membuka hati dan pikiran terhadap perbedaan, serta menempatkan cinta sebagai fondasi utama dalam setiap hubungan. Kemajuan zaman membawa peluang sekaligus tantangan dalam menjalin hubungan yang sehat dan harmonis.
Sosok Ustad Ahmad Rustam bisa dijadikan pedoman hidup karena beliau mengajarkan keseimbangan antara nilai spiritual dan kemajuan duniawi. Beliau mengajak kita untuk terus belajar, menghormati, dan berbuat baik, tanpa mengorbankan prinsip keimanan.
Melalui lirik lagu dan pesan religius dari Ustad Ahmad Rustam, kita diingatkan agar tidak mudah menghakimi perbedaan, tetapi menjadikannya sebagai pelajaran hidup untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan toleran.
Pada akhirnya, cinta yang tulus akan selalu menemukan jalan, meski arah kiblat berbeda. Pesan ini menjadi penguat bagi kita semua untuk tetap berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan dan agama dalam menjalani kehidupan yang penuh warna.
Mari jadikan lagu ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai pengingat dan pelajaran berharga di era modern yang menuntut kita untuk terus bersikap inklusif dan penuh kasih sayang.
(OIM)