Mantv7.id | Balaraja — Malam ini, langit Balaraja seolah menyatu dengan lantunan sholawat dan doa-doa yang mengalun lirih dari bibir ribuan jamaah. Dalam cahaya lampu yang temaram dan hembusan angin malam yang lembut, Kecamatan Balaraja menutup rangkaian Pekan Raya Balaraja (PRB) 2025 dengan sebuah acara penuh makna: Balaraja Bersholawat, memperingati Milad ke‑2 Balai Adat Balaraja (Balad Raja). Balai Adat Balaraja, yang kini menjadi rumah kebudayaan dan spiritualitas masyarakat, telah mengukir perjalanan dua tahun dengan langkah-langkah penuh keberkahan. Tak sekadar membangun identitas budaya, Baladraja telah menjadi simpul persaudaraan dan moralitas di tengah kehidupan modern yang perlahan mengaburkan akar nilai.
Rangkaian malam syahdu itu diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadz M. Hafidz Hawasv, yang suara merdunya menyentuh relung hati. Suasana pun menjadi hening dan penuh kekhusyukan saat KH. M. Haetami memimpin Istigosah Kubro. Doa-doa dipanjatkan, air mata perlahan menetes dari wajah-wajah yang tengadah, seakan menyerahkan segala harap dan keluh kepada Yang Maha Rahman.
Puncak acara tabligh akbar disampaikan oleh KH. Zuhri Yaqub, MA, beliau menyampaikan pesan mendalam tentang arti sejati perjuangan dan cinta dalam Islam. Beliau menekankan bahwa keimanan harus menjadi dasar utama dalam membela Islam, bukan hanya sebatas ucapan, tapi diwujudkan dalam tindakan dan keberpihakan nyata terhadap ajaran agama.
Kiai juga mengajak umat untuk memahami bahwa puncak perjuangan manusia bukanlah harta atau kekuasaan, melainkan membangun peradaban Islam yang mampu membawa cahaya dan kedamaian bagi dunia. Inilah makna hijrah yang sejati bergerak dari kegelapan menuju cahaya, dari kerusakan menuju tatanan yang dirahmati.
Di akhir tausiyahnya, Kiai menegaskan bahwa menyelamatkan iman dan membela agama adalah bentuk cinta tertinggi kepada Rasulullah ﷺ. Cinta yang bukan hanya terasa di hati, tapi terbukti dalam sikap dan keberanian membela kebenaran, meski harus mengorbankan kenyamanan duniawi.
Ketua Balai Adat Balaraja, Ustaz Dr. Komaruzaman, M.Ed., dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan haru atas dukungan masyarakat. “Baladraja bukan milik segelintir, ini rumah bersama bagi seluruh warga yang mencintai kebajikan, budaya, dan nilai-nilai kearifan lokal, ujarnya”.
Hal serupa disampaikan oleh Ujang Sobur, S.E., M.Si., ketua panitia PRB yang juga Pembina Balad Raja yang turut menyatakan kebahagiaannya atas perjalanan Balai Adat:
“Saya menyaksikan sendiri bagaimana Balad Raja tumbuh bukan dengan kegaduhan, tetapi dengan kesantunan. Di sini, adab didahulukan sebelum ilmu, budaya dipeluk sebelum modernitas ditelan. Ini bukan sekadar komunitas, melainkan perlawanan halus terhadap lupa; terhadap lunturnya silaturahmi dan hilangnya rasa hormat.”
Sekda Kabupaten Tangerang, Dr. H. Soma Atmaja, M.Si., yang hadir malam itu turut mengapresiasi peran Balai Adat Balaraja dalam membentuk karakter masyarakat. Ia menyebut Balaraja sebagai simbol kekuatan peradaban lokal yang mampu menjaga harmoni antara iman dan adat.
Drs. H. Kosasih. M. Si., selaku Penasehat Balad Raja, menyampaikan rasa bangga dan harunya atas keberhasilan rangkaian acara PRB 2025 yang ditutup dengan penuh kehangatan spiritual: “Saya sungguh bangga melihat bagaimana PRB tahun ini tak hanya menghadirkan hiburan dan semangat ekonomi rakyat, tapi juga ditutup dengan cara yang sangat indah syahdu, khidmat, dan penuh nilai-nilai keimanan.”
“Acara Balaraja Bersholawat malam ini adalah penyeimbang. Sebuah pengingat bahwa kemajuan tanpa doa adalah kesia-siaan, dan pesta tanpa makna adalah hampa. Inilah wajah Balaraja yang sesungguhnya berbudaya, beriman, dan bersatu dalam kebaikan.” Tutupnya.
Sementara itu, Lekol Infanteri Dodi Fahruroji, selaku Pembina Balad Raja, dengan penuh haru menyampaikan pesan yang menggugah:
“Di tanah ini, kita tak sekadar berpijak kita berakar. Budaya adalah nafas, dan doa adalah jalannya. Dua tahun Balai Adat Balaraja berdiri bukan tentang gedung, melainkan tentang jiwa-jiwa yang ingin kembali mengenali dirinya, merawat warisan para leluhur, dan menenun ulang nilai-nilai yang nyaris hilang.”
“Malam ini, saat ribuan suara bersholawat dan beristighfar, saya yakin: Balaraja masih hidup. Jiwanya masih berdenyut. Dan selama Balad Raja berdiri, kita tidak akan pernah kehilangan arah. Karena kita punya cahaya-cahaya dari iman, budaya, dan kebersamaan.” Tambahnya.
Malam itu, Balaraja tak sekadar bersholawat ia bertasbih dalam keheningan, mengaji dalam diam, dan kembali kepada jati dirinya sebagai tanah kelahiran yang dijaga bukan hanya dengan pembangunan fisik, tetapi juga dengan cinta, doa, dan kebersamaan.
Ketika gema sholawat terakhir dikumandangkan, ribuan suara bersatu. Takbir menggema, menggugah jiwa. Banyak yang menggenggam tangan satu sama lain, seolah mengikat janji dalam diam bahwa Balaraja akan tetap teduh, terjaga, dan diberkahi.
Dan ketika langit malam semakin gelap, lentera-lentera harapan justru menyala. Malam penutupan PRB 2025 bukanlah akhir, melainkan awal dari semangat baru: untuk terus menjaga warisan budaya, memperkuat iman, dan merawat kampung halaman dengan cinta yang tak lekang oleh waktu.
(OIM)