Menu

Mode Gelap
Kuota Haji 2024: Doa yang Tertahan, Harapan yang Dirampas, Nurani Umat Tertikam Kursi KSB APDESI: Antara Amanah dan Tantangan Bongkar Pejabat Pemkab Tangerang yang Lalai: Digaji Uang Rakyat, Kerja Bobrok, Pilih Vendor Asal Jadi, Pelaksana Asal Ngoceh Temuan Lagi Nih, Pak Bupati: Jalan Paving Block Mulus Dihotmix, Jalan Rusak Dibiarkan — Kecamatan Cuma Jadi “Penonton”! Investigasi Tajam: Hotelisasi Boros Rp10 Miliar, Intimidasi Pers, Blokir Wartawan, dan Proyek Asal Jadi – Bupati Tangerang Harus Angkat Bicara Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, Warga Desa Saga Kompak Gelar Acara Meriah di Stadion Mini Balaraja

Daerah

Darurat Akhlak: Unggahan Anak Menkeu, Sindiran “Agen CIA”, dan Isu Menghina Rakyat Miskin

badge-check


					Darurat Akhlak: Unggahan Anak Menkeu, Sindiran “Agen CIA”, dan Isu Menghina Rakyat Miskin Perbesar

Mantv7.id | Yudo Sadewa, putra Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, kembali menjadi sorotan publik. Dalam unggahan di media sosial yang viral diberbagai media sosial dan media lokal, ia diduga menyinggung rakyat miskin dan menyindir pejabat lain, termasuk Sri Mulyani. Dalam unggahannya, Yudo menulis: “Alhamdulillah, ayahku melengserkan agen CIA Amerika yang menyamar jadi menteri.” Unggahan ini memicu perdebatan tentang perilaku anak pejabat di ranah publik. Banyak netizen menilai unggahan tersebut terlihat memamerkan status keluarga dan kekayaan, sehingga menimbulkan kesan arogan di depan masyarakat yang hidup penuh perjuangan. Beberapa komentar menyoroti istilah yang digunakan untuk rakyat miskin, seperti “mental kepiting, munafik, rasis, pengemis”. Istilah ini dianggap provokatif dan menyakitkan, meski konteksnya berasal dari unggahan pribadi, bukan pernyataan resmi dari media.

Pamer fasilitas seperti BCA Prioritas juga menjadi sorotan. Netizen menilai ini sebagai bentuk “flexing” yang menimbulkan jarak sosial antara elite muda dan masyarakat biasa.

Menyebut Sri Mulyani “agen CIA” menimbulkan kontroversi. Hingga saat ini, belum ada bukti resmi terkait klaim tersebut, sehingga penting untuk memisahkan fakta dan opini agar publik mendapat informasi yang berimbang.

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa belum memberikan komentar terkait unggahan anaknya. Namun publik menilai, perilaku keluarga pejabat dapat mempengaruhi citra kementerian dan pemerintah secara keseluruhan.

Kementerian Keuangan, sebagai institusi publik, memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan perilaku keluarga pejabat tidak merusak kepercayaan masyarakat.

Pemerintah pusat juga diingatkan untuk memberikan perhatian terhadap norma sosial dan etika publik, agar perilaku anak pejabat tidak dinormalisasi menjadi budaya elite baru yang arogan.

Logo Hefi Sanjaya & Partners. (Foto:Mantv7.id)

Donny Putra T., S.H., pengurus Law Firm Hefi Sanjaya & Partners, menegaskan bahwa unggahan anak pejabat tetap bisa menimbulkan konsekuensi hukum dan etika, terutama bila mengandung penghinaan terhadap orang lain.

Foto aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang asal Balaraja, Ustad Ahmad Rustam. (Foto: Mantv7.id)

Ustad Ahmad Rustam menekankan pentingnya menjaga akhlak dan moral, terutama bagi keluarga pejabat, agar anak muda elite tidak menimbulkan kesan zhalim atau merendahkan masyarakat.

Logo YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri) Tidak akan ada perdamaian tanpa adanya keadilan. (Foto: Mantv7.id)

Buyung E., aktivis sosial dan humas DPD YLPK Perari Banten, mengingatkan bahwa kontrol sosial harus aktif berjalan. Media, masyarakat, dan lembaga pengawas publik wajib bersuara agar elite muda tidak menormalisasi kesombongan.

Pertanyaan muncul: para ulama, pemimpin ormas Islam, dan ustad kemana saat darurat akhlak ini terjadi? Suara moral publik dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan sosial.

Publik harus memahami: setiap tindakan anak pejabat mempengaruhi persepsi terhadap pemerintah dan institusi publik. Diam berarti membiarkan ketidakadilan atau perilaku arogan tidak terkoreksi.

Yudo Sadewa dan seluruh elite muda diingatkan: status dan kekayaan bukan lisensi untuk menghina atau meremehkan rakyat. Tanpa kontrol moral, hukum, dan sosial, perilaku ini berisiko menjadi budaya elite baru yang sombong dan terpisah dari masyarakat yang menjadi tulang punggung negara.

Status dan kekayaan bukan lisensi untuk merendahkan rakyat; arogan di media sosial hari ini bisa jadi cacat moral dan reputasi seumur hidup besok.

REDAKSI | Mantv7.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Kuota Haji 2024: Doa yang Tertahan, Harapan yang Dirampas, Nurani Umat Tertikam

16 September 2025 - 13:11 WIB

Kursi KSB APDESI: Antara Amanah dan Tantangan

15 September 2025 - 20:17 WIB

Bongkar Pejabat Pemkab Tangerang yang Lalai: Digaji Uang Rakyat, Kerja Bobrok, Pilih Vendor Asal Jadi, Pelaksana Asal Ngoceh

15 September 2025 - 16:27 WIB

Temuan Lagi Nih, Pak Bupati: Jalan Paving Block Mulus Dihotmix, Jalan Rusak Dibiarkan — Kecamatan Cuma Jadi “Penonton”!

14 September 2025 - 23:55 WIB

Investigasi Tajam: Hotelisasi Boros Rp10 Miliar, Intimidasi Pers, Blokir Wartawan, dan Proyek Asal Jadi – Bupati Tangerang Harus Angkat Bicara

14 September 2025 - 16:24 WIB

Trending di Daerah