Mantv7.id | Kabupaten Tangerang – Di tengah arus organisasi yang makin gemar tampil seragam namun miskin makna, LMPI Markas Anak Cabang (MAC) Sukamulya justru melawan arus. Sabtu (xx Juli 2025), mereka menggelar deklarasi struktur baru bukan dengan pesta pora atau simbolisasi kosong, melainkan dengan menyantuni anak-anak yatim dari berbagai desa di Kecamatan Sukamulya. Sebuah langkah yang layak dicatat dan dicontoh. Puluhan anak yatim hadir dalam suasana khidmat dan haru. Mereka bukan hanya datang untuk menerima bingkisan dan santunan uang tunai, tapi juga merasakan langsung energi kasih yang terpancar dari organisasi yang tengah menyegarkan diri. Di tengah suasana yang sederhana namun penuh makna, LMPI Sukamulya menyampaikan pesan: kekuatan barisan dimulai dari kekuatan nurani.
Struktur baru LMPI MAC Sukamulya dikukuhkan dengan cara yang tidak biasa. Tidak ada pamer kekuasaan, tidak ada panggung euforia yang kosong. Ketua baru, Guru Madsuro, memilih menyatukan semangat kebangkitan organisasi dengan aksi kemanusiaan yang menyentuh. Menurutnya, kepemimpinan bukan sekadar jabatan, tapi panggilan jiwa untuk peduli dan melayani.
Di samping Guru Madsuro, turut dikukuhkan pula Ustadz Ahmad Rustam sebagai Wakil Ketua, Maman Mulyana sebagai Sekretaris, dan Sukaesih sebagai Bendahara beserta jajaran lainnya. Struktur baru ini diharapkan menjadi pondasi kuat untuk menggerakkan kembali LMPI Sukamulya sebagai kekuatan sosial, bukan hanya simbol organisasi.
Acara penuh rasa syukur ini turut dihadiri jajaran pengurus penting LMPI dan elemen strategis lainnya, antara lain: Zarkasih, S.H (Sekjen Marcab Kabupaten Tangerang), Jonsori, S.E (Ketua Harian Marcab), Docang (Ketua MAC Cisoka), Mukti (Ketua MAC Jayanti), Siarruddin (Kabid Humas YLPK Perari), serta Dedi Kurniawan (jurnalis Mantv7.id) yang turut meliput langsung jalannya acara.
Sekretaris MAC, Maman Mulyana, yang juga menjadi penggerak kegiatan ini, menambahkan bahwa kegiatan sosial akan menjadi wajah baru LMPI Sukamulya. “Deklarasi ini bukan akhir, tapi titik berangkat. Kita tidak ingin hanya eksis di atas kertas atau media sosial. Kita ingin hadir di kehidupan nyata masyarakat,” katanya.
Kegiatan ini pun menjadi ruang konsolidasi nilai dan moral. Pengurus yang baru dilantik tidak hanya dibebani loyalitas struktural, tetapi juga empati sosial. Sebab di zaman seperti ini, terlalu banyak organisasi yang kehilangan arah, terjebak dalam rutinitas upacara tanpa menyentuh akar kemanusiaan.

Bang Rizal, Sekjen LMPI Kabupaten Tangerang. (Foto: Mantv7.id)
Hadir memberi sambutan dalam acara tersebut Zarkasih, Sekretaris Jenderal Marcab LMPI Kabupaten Tangerang yang akrab disapa Rizal Guru oleh para kader muda. Dalam pesannya, ia menekankan pentingnya menjaga marwah organisasi melalui aksi nyata dan keteladanan.
“Saya selalu bilang ke anak-anak LMPI di lapangan, jangan cuma keras teriak di forum, tapi lembek ketika diminta turun bantu rakyat. Hari ini, Sukamulya memberi contoh yang patut ditiru,” ucapnya penuh semangat.
Sementara itu, Jonsori, Ketua Harian Marcab LMPI Kabupaten Tangerang, turut hadir dengan gaya khasnya yang jenaka namun sarat makna.
Dalam sambutannya, ia sempat melontarkan candaan, “Kalau cuma pakai seragam tapi nggak pernah menyapa tetangga, itu bukan laskar merah putih, itu laskar bingung arah!” Gelak tawa pun pecah, namun di balik kelakar itu, ia menyisipkan pesan serius: “Organisasi ini jangan cuma hidup saat apel gabungan. Hidupkan juga di hati masyarakat.”
Kehadiran para tokoh masyarakat, pemuda, LSM, ormas, serta jajaran pengurus LMPI Kabupaten Tangerang memberi isyarat kuat: LMPI Sukamulya tidak berdiri sendiri. Ia diterima sebagai bagian dari jaringan sosial yang lebih luas, yang siap bergerak bersama membangun peradaban dari bawah.
Dalam sambutan perwakilan pengurus kabupaten, ditekankan bahwa LMPI harus mampu menjadi mitra kritis pemerintah sekaligus penjaga nadi rakyat. “Organisasi yang kehilangan empati sosial hanya akan jadi gerombolan simbolik yang kehilangan jiwa,” ujarnya.
Menariknya, kegiatan ini juga menjadi tamparan halus bagi organisasi lain yang selama ini hanya kuat dalam seremoni namun lemah dalam aksi. LMPI Sukamulya seolah berkata: Kami tak sekadar pasang tenda dan panggung, kami menyentuh jiwa dan perut rakyat.
Program jangka pendek LMPI Sukamulya pun sudah digagas: pembinaan pemuda desa, pendampingan warga dalam layanan publik, dan kolaborasi dengan lembaga sosial dalam aksi-aksi kemanusiaan. Ini bukan sekadar janji ini cetak biru dari kepengurusan yang sadar fungsi.
Spirit “Berani, Loyal, dan Peduli” yang selama ini hanya terucap, kini mulai dihidupkan dalam praktik. Deklarasi tak berhenti di mikrofon dan spanduk, tapi ditindaklanjuti dengan sentuhan nyata. Santunan anak yatim bukan pelengkap, tapi fondasi awal untuk perjalanan yang lebih panjang.
Ketika banyak organisasi lebih sibuk memburu eksistensi, LMPI Sukamulya justru menyusuri jalan empati. Dan mungkin inilah yang selama ini kita lupa: kekuatan sejati sebuah organisasi bukan pada banyaknya atribut, tapi pada seberapa sering ia menyeka air mata masyarakat kecil.
REDAKSI | OIM