Menu

Dark Mode
Sampah Bisa Dipungut, Tapi Mental Pencitraan Sulit Dibersihkan: Jalan Raya dan Fly Over Jadi TPS, UPTD 2 DLHK Balaraja Harus Hadir Sebelum Kamera Menyorot Banjir di Dusun Suka Damai: Musibah Alam atau Musibah Akal Sehat? LMPI Sukamulya Gelar Santunan Anak Yatim di Tengah Deklarasi Struktur Baru: Wujud Nyata Kepedulian, Bukan Sekadar Seremoni Jangan Seret Nama Masjid untuk Menutupi Aib Lama Exs Terminal Sentiong: Bangkitkan Kejujuran, Bukan Provokasi Demi Kepentingan Tuan Dalang Camat Jambe Jual Mimpi Tol & Kereta, Tapi Bungkam Saat Warga Tanya Proyek Paving Rp149 Juta: Aktivis Dan YPPK PERARI Desak BPK Dan Inspektorat Turun Tangan Serta Audit Semuanya Dibayar Murah, Tanpa Kontrak, Lalu Kesurupan Massal: Buruh Tumbang, PT Marta Berdikari Nusantara Bungkam, Pemerintah Cuma Diam

Hukum

Klarifikasi Setengah Hati, Narasi Mistis: Luka Buruh Jangan Ditutup dengan Cerita Gaib

badge-check


					Kolase foto Puluhan Karyawan PT MBN di Tigaraksa Dilaporkan Alami Kesurupan Massal, Mayoritas Perempuan. (Foto: Mantv7.id) Perbesar

Kolase foto Puluhan Karyawan PT MBN di Tigaraksa Dilaporkan Alami Kesurupan Massal, Mayoritas Perempuan. (Foto: Mantv7.id)

Mantv7.id | Kabupaten Tangerang — Di tengah sorotan publik terhadap insiden kesurupan massal yang dialami puluhan buruh PT Marta Berdikari Nusantara di Tigaraksa, muncul sebuah pemberitaan dari media lokal yang mencoba memberikan klarifikasi. Namun alih-alih menjawab keresahan masyarakat, narasi yang disuguhkan justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa “kiyai sudah datang”, “karyawan telah kembali bekerja seperti biasa”, dan “situasi telah kondusif”. Namun yang menggelitik, tidak ada satu pun pernyataan resmi dari pihak manajemen pabrik, tenaga medis, Dinas Tenaga Kerja, maupun otoritas kesehatan yang dapat memperkuat klaim tersebut. Narasi dibangun hanya berdasarkan testimoni seorang individu yang mengaku sebagai pekerja biasa, tanpa kejelasan posisi, kapasitas bicara, atau dokumen pendukung.

Lantas, apakah pernyataan personal tanpa dasar faktual layak dijadikan penutup dari sebuah insiden massal? Apa jaminan bahwa situasi benar-benar pulih tanpa adanya investigasi medis dan psikologis?

Kesehatan Mental Buruh Bukan Wilayah Mistis

Perlu ditegaskan: kesurupan massal di lingkungan kerja bukan sekadar fenomena supranatural. Dalam literatur ilmiah, kejadian ini dikenal sebagai mass psychogenic illness, yaitu gangguan psikologis kolektif yang bisa dipicu oleh tekanan kerja tinggi, jam kerja berlebihan, lingkungan kerja yang toksik, atau lemahnya pengawasan terhadap kesehatan mental.

Kolase foto Puluhan Karyawan PT MBN di Tigaraksa Dilaporkan Alami Kesurupan Massal, Mayoritas Perempuan. (Foto: Mantv7.id)

Jika puluhan buruh tiba-tiba menangis histeris, tidak sadarkan diri, dan tumbang saat jam kerja berlangsung, maka penyebabnya wajib ditelusuri secara ilmiah dan menyeluruh. Menyederhanakan hal ini hanya dengan kalimat “sudah ditangani kiyai” lalu dianggap selesai, justru mengabaikan akar persoalan yang lebih serius.

YLPK PERARI: Klarifikasi Tanpa Data Sama Saja Menyesatkan

Foto Kabid Humas DPP YLPK PERARI, Siarruddin. (Foto: Mantv.id)

Kepala Bidang Humas YLPK PERARI, Siarruddin, turut angkat suara terkait pemberitaan yang dinilai kabur dan tidak berdasar.

“Kalau sampai 30 buruh tumbang dan tidak ada data medis, tidak ada pendampingan psikologis, tidak ada pernyataan resmi dari perusahaan, lalu kenapa disebut sudah normal? Ini bukan soal mistis. Ini tentang kegagalan sistem manajemen keselamatan kerja,” tegasnya.

Dalam penelusuran lanjutan redaksi, seorang narasumber yang merupakan pekerja di pabrik tersebut identitas disamarkan atas permintaannya mengungkap fakta yang tak kalah memprihatinkan.

“Kerjanya harian lepas. Nggak ada kontrak, nggak ada status karyawan tetap. Bahkan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan juga nggak dikasih,” ungkapnya kepada Mantv7.id.

Ia juga menegaskan bahwa media seharusnya memiliki tanggung jawab moral untuk mencerdaskan publik, bukan justru menyebarkan narasi tanpa fondasi yang jelas.

Publik Berhak Tahu, Bukan Dipaksa Percaya

Redaksi Mantv7.id mencatat sejumlah pertanyaan penting yang hingga kini belum mendapat jawaban resmi, baik dari perusahaan maupun instansi terkait:
1. Apa penyebab pasti kesurupan massal menurut tenaga medis dan psikolog industri?
2. Berapa jumlah korban yang terdampak?
3. Langkah apa saja yang telah dan akan diambil oleh manajemen pabrik?
4. Apakah Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Kesehatan sudah turun langsung ke lokasi?
5. Apa jaminan kejadian ini tidak akan berulang?

Jika semua pertanyaan tersebut hanya dijawab dengan kalimat “sudah ditangani” atau “sudah kondusif”, maka wajar jika publik mempertanyakan transparansi dan profesionalisme pihak terkait.

Media Harus Jadi Alarm, Bukan Peredam

Fungsi utama jurnalisme adalah menghadirkan terang, bukan ikut memadamkan fakta. Media harus menjadi penjaga nurani publik dan pengawal kebenaran, bukan alat pelipur yang membungkam suara-suara kritis. Apalagi jika menyangkut keselamatan dan kesehatan buruh mereka yang menjadi ujung tombak sektor industri nasional.

Mengaburkan fakta demi menjaga citra bukan hanya keliru, tetapi juga mencederai integritas profesi pers.

Jangan Tutupi Luka Kolektif dengan Klarifikasi Kosong

Kesurupan massal bukan sekadar peristiwa “aneh”. Itu adalah sinyal keras bahwa ada yang tidak beres dalam sistem kerja. Maka, penyelesaiannya bukan dengan menyelimuti persoalan dalam narasi mistik, melainkan melalui evaluasi terbuka, penyelidikan profesional, dan komitmen nyata untuk melindungi pekerja.

Jika tak ingin kejadian serupa terus berulang, beranilah mengurai masalah secara jujur. Jangan sembunyikan di balik kabut cerita supranatural. Buruh bukan mesin. Ketika mereka tumbang satu per satu, itu bukan kutukan melainkan tanda bahwa sistem sedang sakit.

Kolase foto logo YLPK-PERARI & MANtv7. (Foto: MANtv7.id)

Redaksi Mantv7.id dan YLPK PERARI masih menunggu tanggapan resmi dari pihak PT Marta Berdikari Nusantara, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, serta otoritas kesehatan terkait. Bila dalam waktu dekat tidak ada penjelasan terbuka, investigasi lanjutan akan terus dilakukan demi hak publik untuk tahu.

REDAKSI | OIM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Sampah Bisa Dipungut, Tapi Mental Pencitraan Sulit Dibersihkan: Jalan Raya dan Fly Over Jadi TPS, UPTD 2 DLHK Balaraja Harus Hadir Sebelum Kamera Menyorot

6 July 2025 - 09:53 WIB

Banjir di Dusun Suka Damai: Musibah Alam atau Musibah Akal Sehat?

6 July 2025 - 07:53 WIB

LMPI Sukamulya Gelar Santunan Anak Yatim di Tengah Deklarasi Struktur Baru: Wujud Nyata Kepedulian, Bukan Sekadar Seremoni

6 July 2025 - 05:42 WIB

Jangan Seret Nama Masjid untuk Menutupi Aib Lama Exs Terminal Sentiong: Bangkitkan Kejujuran, Bukan Provokasi Demi Kepentingan Tuan Dalang

6 July 2025 - 03:45 WIB

Camat Jambe Jual Mimpi Tol & Kereta, Tapi Bungkam Saat Warga Tanya Proyek Paving Rp149 Juta: Aktivis Dan YPPK PERARI Desak BPK Dan Inspektorat Turun Tangan Serta Audit Semuanya

5 July 2025 - 11:44 WIB

Trending on Daerah