Menu

Dark Mode
Sugani Ditangkap, Perjuangan 6 Bulan YLPK PERARI Berbuah Hasil: Terima Kasih Jajaran Polresta Kabupaten Tangerang Betonisasi Busuk di Kabupaten Tangerang: Dari Bukit Gading ke Vila Balaraja, Proyek Siluman Menari di Atas Pajak Rakyat Silaturahmi Strategis YLPK PERARI dan Dishub Tangkab: Membangun Sinergi demi Kepentingan Masyarakat Rentenir Berkedok Koperasi, Bunga Over Tinggi, Dokumen Pribadi Disandera: Soala Gogo Jadi Teror Baru Warga Sugani Kebal Hukum: Perkosa Anak Bawah Umur, Tak Ditahan, Didampingi Kades, Istrinya Berdalih, Nama Pengacara Dilempar ke Lumpur ANAK PEMILIK KAMPUS TERKENAL JADI PREDATOR: Remaja 15 Tahun Diperkosa Berulang Hingga Hamil, Lalu Bungkam Dengan Uang Melalui Orang Suruhan

Internasional

Ketika Langit Menutup Jalan ke Tanah Suci, dan Dunia Menutup Mata pada Luka Anak Palestina

badge-check


					Satu-satunya pesawat milik Yemeni Airways, yang disiapkan untuk menerbangkan jemaah haji, kini telah menjadi puing-puing hangus. Empat rudal mengubahnya menjadi abu, dan harapan ribuan hati yang ingin bersujud di hadapan Ka'bah pun ikut musnah di tengah asap. (Foto: IST. Mantv7.id) Perbesar

Satu-satunya pesawat milik Yemeni Airways, yang disiapkan untuk menerbangkan jemaah haji, kini telah menjadi puing-puing hangus. Empat rudal mengubahnya menjadi abu, dan harapan ribuan hati yang ingin bersujud di hadapan Ka'bah pun ikut musnah di tengah asap. (Foto: IST. Mantv7.id)

Ketika Langit Menutup Jalan ke Tanah Suci, dan Dunia Menutup Mata pada Luka Anak Palestina

Mantv7.id — Satu-satunya pesawat milik Yemeni Airways, yang disiapkan untuk menerbangkan jemaah haji, kini telah menjadi puing-puing hangus. Empat rudal mengubahnya menjadi abu, dan harapan ribuan hati yang ingin bersujud di hadapan Ka’bah pun ikut musnah di tengah asap. Bayangkan seorang ayah yang telah menjual tanah untuk bisa berangkat haji. Seorang ibu yang menjahit sendiri pakaian ihram. Mereka berdiri memandang langit, berharap suara azan dari Tanah Suci akan memanggil mereka. Tapi justru suara ledakan yang menjawab.

Ini bukan tragedi satu malam. Sebelumnya, tiga pesawat sipil juga dibom habis. Selalu dengan alasan menghentikan Houthi. Tapi yang terbakar bukan senjata, melainkan mimpi. Yang mati bukan pasukan, tapi orang-orang yang hanya ingin menyelesaikan rukun Islam terakhirnya.

Kini, bulan haji tiba. Tapi bagi umat Islam di Yaman, Tanah Suci seperti dijauhkan dari langit mereka. Bukan karena takdir, tapi karena kekuasaan yang memilih untuk membunuh niat baik atas nama perang.

Di tempat lain, di Gaza, dunia menyaksikan seorang duta besar Palestina berdiri di podium tertinggi dunia. Tapi bukan untuk menyampaikan diplomasi. Ia menangis. Ia membawa suara anak-anak yang tubuhnya tidak lagi bisa diselamatkan, bukan karena peluru, tapi karena penyakit dan kelaparan.

Foto seorang ibu sedang menangisi anak di lorong Rumah Sakit karena anaknya harus meninggal karena menderita sakit dan kelaparan. (Foto: IST. Mantv7.id)

“Ibu-ibu memeluk tubuh anak-anak mereka yang sudah dingin,” katanya dengan suara yang pecah. “Mereka mencium rambut anaknya dan berbisik, ‘Maafkan ibu, Nak…’” Itu bukan kisah fiksi. Itu nyata. Itu hari-hari mereka. Itu malam-malam mereka tanpa tidur, tanpa harapan.

Ia tak hanya menyampaikan pernyataan. Ia berteriak, mengguncang forum. “Tidak mungkin! Bagaimana bisa manusia mendengar ini lalu tetap diam?” Dan dunia ya, dunia tetap diam. Dunia seperti lebih takut pada opini daripada pada penderitaan.

Lebih dari 1.300 anak-anak Palestina gugur hanya dalam enam bulan terakhir. Rumah sakit dibom. Masjid dihancurkan. Sekolah menjadi abu. Bukan karena mereka salah, tapi karena mereka lahir di tanah yang dikutuk oleh kekuasaan.

Anak-anak itu tidak tahu apa itu politik. Mereka hanya tahu lapar, dingin, dan suara ayah yang tidak kembali. Mereka tidak ingin menjadi martir. Mereka hanya ingin hidup seperti anak-anak di tempat lain bermain, belajar, tumbuh.

Kolase foto para ibu sedang menangisi anaknya, bukan karena di hantam bom atau pun peluru tapi karena sakit dan kelaparan. (Foto: IST. Mantv7.id)

Kita menyebut dunia ini modern. Tapi apa arti modern jika membiarkan anak-anak mati dalam diam? Apa arti kemajuan jika satu-satunya pesawat untuk berdoa justru dijadikan sasaran? Apa arti perdamaian jika air mata ibu-ibu hanya dianggap statistik?

Tidak ada yang lebih memilukan dari doa yang tak sempat dilangitkan. Tidak ada luka yang lebih dalam dari harapan yang dibunuh sebelum sempat hidup. Saat pesawat yang membawa jemaah haji dihancurkan, yang terbakar bukan hanya besi, tapi ruh kemanusiaan.

Hari ini, kita dihadapkan pada dua kematian. Satu di langit Yaman, satu di tanah Gaza. Yang satu mati dalam puing-puing pesawat, yang lain mati dalam pelukan ibunya sendiri. Tapi mungkin, yang paling parah adalah kematian hati kita semua yang terus memilih diam.

Menanggapi tragedi ini, Ustaz Ahmad Rustam dalam tausiyahnya di Masjid wilayah Balaraja menyampaikan pernyataan keras: “Ini bukan hanya kejahatan militer, ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan terhadap ruh Islam itu sendiri. Di mana suara kita? Di mana iman kita? Apakah kita akan terus berdoa agar Allah menolong Palestina, tapi kita sendiri tidak bergerak walau satu jari?”

Foto aktivis kerohanian Kabupaten Tangerang asal Balaraja, Ustad Ahmad Rustam. (Foto: Mantv7.id)

Ustaz Rustam mengajak seluruh umat Islam untuk bertindak, sekecil apa pun itu. “Kalau kamu tak bisa mengangkat senjata, angkat tanganmu dalam doa. Kalau kamu tak bisa ke Gaza, doakan mereka setiap sujudmu. Kalau kamu masih membeli produk-produk Israel, berhentilah. Setiap rupiah yang kita keluarkan bisa berubah jadi peluru yang menembus tubuh anak-anak itu.”

“Jangan tunggu menjadi korban untuk merasakan pedihnya luka ini,” tambahnya. “Mulailah dari kesadaran. Dari lisanmu, dari kantongmu, dari media sosialmu, dari shalat malammu. Jangan remehkan satu tindakan pun jika niatmu tulus. Allah tak butuh massa besar, Dia butuh hati yang tak rela terhadap kezaliman.”

Dan kepada siapa pun yang membaca ini jika kamu merasa gemetar, merasa sesak, merasa ingin menangis maka itu tandanya hatimu belum mati. Maka bertindaklah. Karena mungkin bukan mereka yang butuh kita. Tapi kitalah yang butuh mereka, untuk membangunkan kembali hati kita yang telah lama tertidur.

(OIM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Silaturahmi Strategis YLPK PERARI dan Dishub Tangkab: Membangun Sinergi demi Kepentingan Masyarakat

18 June 2025 - 09:40 WIB

ANAK PEMILIK KAMPUS TERKENAL JADI PREDATOR: Remaja 15 Tahun Diperkosa Berulang Hingga Hamil, Lalu Bungkam Dengan Uang Melalui Orang Suruhan

16 June 2025 - 14:37 WIB

PEMPROV BANTEN DAN DPRD PROVINSI BANTEN DIMINTA BANGUN 1 SMA NEGERI DI WILAYAH SOLEAR

15 June 2025 - 14:52 WIB

Pinjol Legal Harus Dibayar, Pinjol Ilegal Jangan: YLPK PERARI (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Perjuangan Anak Negeri) Siapkan Hotline Pengaduan

15 June 2025 - 08:49 WIB

PPDB di Kabupaten Tangerang Wajib Gratis: Dinas Pendidikan dan Jajarannya Jangan Tutup Mata

15 June 2025 - 05:25 WIB

Trending on Daerah