Mantv7.id – Dua organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, tidak hanya dikenal sebagai kekuatan religius, tetapi juga sebagai kekuatan sosial dan ekonomi yang luar biasa. Kedua ormas ini telah membangun jaringan luas lembaga pendidikan, kesehatan, sosial, hingga ekonomi yang tersebar dari kota besar hingga pelosok desa.
Nahdlatul Ulama, yang berdiri sejak 1926, memiliki jutaan anggota dan ribuan pesantren di bawah naungannya. Di sisi lain, Muhammadiyah yang lahir lebih awal pada 1912, dikenal dengan sistem pengelolaan amal usaha yang rapi dan modern. Keduanya memainkan peran penting dalam pembentukan karakter bangsa, sekaligus membuktikan bahwa ormas bisa menjadi motor penggerak pembangunan.
Secara struktural dan fungsional, NU dan Muhammadiyah mengelola ribuan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Muhammadiyah, misalnya, memiliki lebih dari 170 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Beberapa di antaranya, seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), bahkan masuk dalam daftar kampus swasta terbaik nasional.
Sementara itu, NU juga tidak kalah kuat. Melalui LP Ma’arif NU, ormas ini menaungi ribuan madrasah dan sekolah formal. Perguruan tinggi seperti Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) dan Universitas Islam Malang (UNISMA) menjadi ikon kekuatan pendidikan NU yang semakin maju dan adaptif.
Di sektor kesehatan, Muhammadiyah mengelola lebih dari 120 rumah sakit dan klinik modern, menjadikannya salah satu penyedia layanan kesehatan swasta terbesar di Indonesia. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di Yogyakarta dan Solo adalah contoh keberhasilan pengelolaan yang berstandar tinggi dan terjangkau untuk masyarakat.
NU juga memiliki kontribusi besar di sektor kesehatan melalui Rumah Sakit NU dan klinik-klinik di berbagai daerah. Lembaga NU CARE-LAZISNU menjadi tulang punggung gerakan sosial dan filantropi, mengelola dana zakat, infaq, dan sedekah yang mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahun.
Kekuatan ekonomi kedua ormas ini juga tak bisa diabaikan. Muhammadiyah membangun jaringan koperasi, bank pembiayaan syariah, dan unit usaha retail yang tersebar luas. Bahkan banyak amal usaha Muhammadiyah (AUM) dikelola layaknya korporasi profesional yang menghasilkan pendapatan signifikan dan berkelanjutan.

Logo Ormas Muhammadiyah dan Ormas NU. (Foto: IST. Mantv7.id)
NU juga menggerakkan sektor ekonomi umat melalui koperasi syariah, BMT (Baitul Maal wat Tamwil), dan lembaga pemberdayaan ekonomi. Program-program seperti NU Circle dan NU Business Hub menjadi bukti keseriusan NU dalam memperkuat kemandirian ekonomi jamaahnya.
Selain itu, aset properti yang dimiliki kedua ormas ini juga sangat besar. Ratusan ribu meter persegi tanah wakaf dan hibah dikuasai oleh NU dan Muhammadiyah, termasuk untuk masjid, gedung pertemuan, pusat pelatihan, dan perumahan sosial. Banyak dari aset ini memiliki nilai pasar miliaran hingga triliunan rupiah.
Tak heran jika banyak pengamat menyebut NU dan Muhammadiyah sebagai “dua kerajaan sosial” yang paling berpengaruh di Indonesia. Mereka bukan hanya tempat bernaung secara spiritual, tapi juga penyedia layanan publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Gambar KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. (Foto: IST. Mantv7.id)
Menurut Ustad Ahmad Rustam, seorang tokoh agama dan pengamat sosial keagamaan, kekayaan dan aset yang dikelola oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah harus benar-benar dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.
“Semua potensi besar yang dimiliki kedua ormas ini hendaknya dijalankan dengan penuh tanggung jawab, mengedepankan kepentingan rakyat dan keberlanjutan sosial. Jangan sampai kekayaan menjadi sumber konflik atau hanya dinikmati segelintir orang, melainkan harus memperkuat peran mereka dalam memajukan pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi umat secara merata,” ujarnya.
Kedua ormas ini juga kerap menjadi mitra strategis pemerintah dan sektor swasta dalam program-program nasional, mulai dari pendidikan karakter, penanggulangan kemiskinan, hingga penguatan ekonomi syariah. Kepercayaan ini muncul karena rekam jejak profesionalisme dan daya jangkau mereka yang sangat luas.
Dengan kekuatan struktur dan jaringan yang dimiliki, NU dan Muhammadiyah kini berada di posisi strategis untuk menentukan arah kebijakan nasional di banyak bidang. Mereka adalah pilar penting dalam menjaga stabilitas sosial, sekaligus memberi solusi konkret terhadap berbagai persoalan bangsa.
Pada akhirnya, NU dan Muhammadiyah menunjukkan bahwa ormas keagamaan tidak sekadar menjadi wadah dakwah, melainkan juga institusi pembangunan berbasis rakyat. Di tangan keduanya, kekayaan bukan hanya dalam bentuk aset, tapi juga dalam bentuk pengabdian kepada umat dan bangsa.
(OIM)